Studi Google: remaja ingin internet aman, bukan pembatasan akses

Rekomendasi laporan selaras dengan pendekatan berbasis hak yang menyeimbangkan perlindungan dengan partisipasi.

author photo
A- A+
Studi Google: remaja ingin internet aman, bukan pembatasan akses
cover | topik.id

Debat publik tentang keamanan digital bagi remaja saat ini masih didominasi gagasan pelarangan akses. Namun pendekatan tersebut tidak mencerminkan kebutuhan dan pengalaman kaum muda yang justru aktif di dunia digital. Mereka ingin teknologi yang membantu perkembangan, bukan membatasi ruang belajar.

Studi terbaru yang ditugaskan Google menampung suara lebih dari 7.000 remaja di Eropa. Penelitian ini menegaskan bahwa larangan total bukan solusi, melainkan batasan yang jelas dan sesuai usia. Remaja menginginkan teknologi yang dibuat dengan pendekatan manusia dan memberi ruang bagi partisipasi mereka.

"Remaja melihat teknologi sebagai kekuatan untuk kebaikan ketika dirancang dengan mempertimbangkan manusia. Mereka menginginkan alat yang mudah diakses, memberdayakan, dan mengutamakan manusia, bukan fitur yang menggantikan peran manusia atau menimbulkan kerugian," tulis Google dalam laporan resminya, seperti dinukil topik.id, Rabu (10/12/2025).

Mayoritas remaja melihat AI sebagai alat pembelajaran yang memperkaya pengalaman mereka. Mereka memanfaatkannya untuk memahami topik sulit, mengerjakan tugas kreatif, dan mendapatkan umpan balik cepat. Yang mereka butuhkan adalah bimbingan yang tepat, bukan pembatasan menyeluruh.

Literasi digital dan AI menjadi kebutuhan mendesak, mengingat banyak sekolah belum memberikan panduan yang memadai. Remaja ingin mengetahui batasan penggunaan, cara memverifikasi informasi, dan bagaimana mencantumkan sumber dengan benar. Kejelasan aturan membantu mereka menggunakan teknologi secara bertanggung jawab.

"Mengenai topik AI, laporan tersebut jelas. AI sudah menjadi bagian dari cara anak muda belajar, jadi bimbingan lebih penting daripada pembatasan akses. Di seluruh sampel, mayoritas remaja yang telah menggunakan AI melaporkan menggunakannya setidaknya setiap minggu untuk pekerjaan sekolah atau tugas kreatif. Mereka mengatakan AI membuat pembelajaran lebih menarik (50%), menjelaskan topik yang sulit (47%), dan memberikan umpan balik instan (47%)," ungkap Google.

Video kini menjadi medium utama belajar bagi 84% remaja, dari tutorial hingga penjelasan berita. Mereka juga melihat rekomendasi konten sebagai alat untuk menemukan hal-hal yang relevan dan bermanfaat. Bagi generasi ini, feed media sosial sering berfungsi sebagai ruang kelas alternatif.

Meski akrab dengan teknologi, remaja tidak menutup mata terhadap risiko misinformasi dan konten sintetis. Mereka menuntut pengaturan privasi yang jelas, adil, dan mudah digunakan. Lingkungan digital yang aman secara default menjadi harapan utama mereka.

Rekomendasi laporan selaras dengan pendekatan berbasis hak yang menyeimbangkan perlindungan dengan partisipasi. Peningkatan kontrol privasi, integrasi literasi digital di sekolah, dan dukungan bagi orang tua adalah langkah praktis yang dapat dilakukan segera. 

Google juga menekankan, tujuan akhirnya jelas, bukan mengurangi internet, tetapi membangunnya menjadi ruang yang lebih baik untuk generasi muda. Seperti diketahui isu ini juga tengah hangat di pelbagai negara seperti Australia, dan negara-negara Asia Tenggara.

"Jika kita mendengarkan kaum muda, tujuannya bukanlah mengurangi jumlah internet, melainkan menciptakan internet yang lebih baik," tutup Google dalam laporan tersebut.

Share:
Premium.
Komentar
Komentar sepenuhnya tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.

Update
Indeks